Gedong Gajah Mungkur

Gedong Gajah Mungkur
Thomas Stamford Raffles pada masa kemimpinannya sebagai Gubernur Jendral di Hindia Belanda tahun 1811-1816 masehi pernah berkunjung ke Keraton Kanoman Cirebon. Dalam kunjungannya itu, Thomas Stamford Raflles memberikan hadiah kepada Sultan Kanoman VI atau Sultan Komarudin I. Barang-barang yang diberikan Thomas Stamford Raffles adalah sebuah mesin jahit, kacip atau alat pemotong cerutu, dan lonceng besar yang kemudian diberi nama Lonceng Gajah Mungkur. Pemberian hadiah itu merupakan bentuk penghargaan dan penghormatan dari Pemerintah Kolonial Inggris terhadap Kesultanan Kanoman Cirebon.

Lonceng Gajah Mungkur atau Gedong Gajah Mungkur merupakan bangunan yang menghadap ke timur yang berfungsi sebagai tempat menyimpan lonceng besar dengan ukuran 3 x 2 x 2,5 meter, berlantai semen, berdinding bata berwarna putih, memiliki pintu kayu bercat hijau, dan bagian atas bangunan berbentuk segitiga. Bangunan tempat Lonceng Gajak Mungkur terpengaruhi gaya Eropa.

Lonceng Gajak Mungkur buatan Inggris ini memilik arti Gajah Mungkur itu membelakangi, karena bentuk bangunannya seperti gajah yang sedang membelakangi.

Gedong Gajah Mungkur berada di Komplek Keraton Kanoman Cirebon, tepatnya di sebelah selatan Langgar Kanoman atau Musala Kanoman. Sebelum menjadi lokasi bangunan Gedong Gajah Mungkur, sebenarnya bangunan itu dahulu bagian bawahnya pernah digunakan sebagai tempat garasi mobil sultan.

Lonceng Gajah Mungkur pada awalnya digunakan sebagai penanda waktu salat lima waktu di Langgar Alit Keraton Kanoman. Yang dimaksud untuk menggantikan peran bedung dan kentungan pada waktu itu. Tetapi sesekali juga pernah digunakan ketika upacara panjang jimat saat muludan. Namun sayang, sekarang Lonceng Gajah Mungkur sudah tidak bisa lagi dipakai sejak tahun 1970. Kondisi Lonceng Gajah Mungkur tersebut sudah begitu rapuh dan tidak utuh lagi, ada keretakan pada bagian badan lonceng namun masih tetap ada pada tempatnya.






Penulis:

Mauluddina Rizqi N (118020500)